Senin, 26 November 2007

Penghibur Lara

Bercermin dari roy

Nama aslinya Heri Hendrayana Harris. Tapi ia lebih dikenal sebagai Gola Gong, seorang pengarang yang karya-karyanya banyak bercerita tentang remaja dan anak muda. Salah satu tangannya diamputasi ketika di masa kecilnya ia membayangkan menjadi burung dan mencoba terbang dari pohon di halaman rumah bapaknya. Tapi itu tidak pernah menghalanginya menjadi pengarang yang produktif.

Balada si Roy adalah serial yang ia tulis di majalah tersebut. Bercerita tentang anak "kampung" dengan segala kesederhanaannya untuk menaklukkan Jakarta dan kemudian menjelajah nusantara, Balada si Roy menjadi pahlawan bagi remaja-remaja seperti aku yang tumbuh berkembang di kampung pinggiran dengan semua keterbatasan yang dipunyai. Pertemuan dengan orang-orang baru selama perjalanannya, tokoh Roy mengajak pembaca meyakini bahwa setiap manusia adalah unik.

Balada si Roy adalah antitesis dari film Catatan si Boy karya Zara Zettira yang sempurna dengan mobil mewah, gadis-gadis cantik, dan tentu saja, rajin mengaji! Roy kadang mempertanyakan keberadaan Tuhan. Roy naik kapal laut atau kereta api kelas ekonomi. Roy jatuh cinta pada gadis cantik tapi Roy juga patah hati. Roy tidak sempurna. Justru itu Roy menjadi nyata.

Bagaimana dengan “Balada si Roy"? Jujur, saya menyukainya karena ia adalah karya “orisinal”, benar-benar ditulis apa adanya. Potret remaja pada umumnya—termasuk saya juga, saat-saat masih berseragam putih abu-abu, yang sudah saya tanggalkan. Ya, hanya sesederhana itu alasan saya, mengapa saya menyukai “Balada si Roy"—karya fiksi (remaja) yang pernah dimuat secara bersambung di majalah remaja “Hai” akhir tahun 80-an ini.

saya hanya sekilas menatap cover “Area X”-nya Eliza V. Handayani, novel science fiction yang cukup heboh diperbincangkan di saat awal kemunculannya dulu. Tapi, maaf, saya tidak punya koleksi karya fiksi popular sekuler macam “Saman” dan “Larung”-nya Ayu Utami atau “Supernova”—nya Dewi Lestari. Saya belum “kuat” untuk membacanya—ya, gitu deh. Saya juga tidak memiliki satu seri pun dari “Harry Potter”-nya J.K Rowling. Saya belum pernah jatuh cinta membaca kisah si Raja Sihir itu.

Dan, mata saya terpaku menatap cover-cover macho “Balada Si Roy”

Tidak ada komentar: